MENGULAS JUMBO : SEBUAH CATATAN PENONTON

 

https://id.pinterest.com/

Setiap film animasi punya daya tariknya sendiri, baik itu dari visual yang menawan atau pesan yang mendalam. Jumbo menawarkan segalanya, dari dunia yang penuh warna hingga karakter yang menarik. Tapi, apakah film ini benar-benar berhasil membawakan pesan yang ingin disampaikan?

---------------------------------------------------------------

Kemarin kami menemani gadis kecil semata wayang kami menonton film Jumbo. Film yang digadang-gadangkan sebagai film animasi keren karya anak negeri sejak beberapa bulan lalu. Tentu saja kami excited sekali. Sebagai orang tua, kami ingin memberikan pengalaman terbaik dan berkesan untuk putri kami. Memperlihatkan “dunia” padanya, baik lewat buku maupun film-film keren.

Kami harus berkendara hampir tiga jam untuk bisa nonton bioskop di ibukota provinsi. Dan tentu saja, itu butuh effort dan biaya yang “lebih” dari sekedar nonton aja. Jadi setiap tontonan, tentu saja harus ditimbang layak pantasnya dengan effort dan biaya yang dibutuhkan.

Akhir-akhir ini, dunia perfilman Indonesia lagi rame banget dengan kehadiran film animasi berjudul Jumbo. Sebagai pecinta film animasi, tentu saya penasaran. Apalagi banyak media yang bilang kalau Jumbo ini jadi film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa. Wow, keren, kan? Dan melihat besarnya minat penonton pada film Jumbo, kami merasa film ini mungkin layak menjadi bagian perjalanan dan pembelajaran buat anak kami.

Dan berangkatlah kami dari rumah jam delapan pagi. Nyampe kota Padang jam sebelas siang. Jajan, dan makan siang, kemudian nonton jam 13.10. Filmnya berdurasi 1 jam 42 menit. Usai nonton, beli beberapa keperluan, kemudian kami pulang dan nyampe rumah jam 7 malam.

Tapi, apakah ekspektasi sesuai dengan realita? Apakah film ini memenuhi ekspektasi saya?

Yuk saya ceritain.

Info Dasar Film

Jumbo adalah sebuah film animasi yang dirilis pada tahun 2025, disutradarai oleh Ryan Adriandhy. Film ini menampilkan jajaran pemeran suara yang cukup menarik, seperti Prince Poetiray yang mengisi suara karakter utama Don, Quinn Salman, Bunga Citra Lestari, Cinta Laura Kiehl, Ariel NOAH dan yang lainnya. Dengan genre animasi, petualangan, dan fantasi.

Sinopsis Singkat

Jumbo bercerita tentang Don, seorang anak yatim piatu berusia 10 tahun yang sering dipandang sebelah mata karena tubuhnya yang besar. Don menemukan kekuatan dari buku dongeng warisan orang tuanya, yang membawanya ke dunia petualangan penuh imajinasi dan makna.

Awal yang Menjanjikan

Di menit-menit pertama, saya sempat excited.

Visualnya lumayan menarik, warna-warnanya hidup, desain karakternya juga rapi dan menggemaskan.

Bahkan, suara-suara yang mengisi karakter terdengar cocok dan natural.

Kalau dari teknis visual, Jumbo memang sudah naik level dibanding beberapa animasi lokal sebelumnya. Saya acungi jempol untuk effort para animatornya.

Tapi sayangnya, excitement itu nggak bertahan lama.

Cerita yang Membingungkan

Awalnya, saya sempat berpikir, ini bisa jadi kisah yang penuh petualangan dan pelajaran hidup. Namun, begitu mulai menonton, pertanyaan itu muncul: apa sebenarnya inti dari cerita ini? Meskipun visual yang ditampilkan memukau, saya merasa film ini belum sepenuhnya menemukan arah yang jelas.

Di balik gambaran dunia yang cerah dan penuh warna, saya merasa ada bagian-bagian cerita yang hilang atau mungkin belum digali lebih dalam. Saya bertanya-tanya sepanjang film. Apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh Jumbo? "Sebenarnya Jumbo ini mau cerita tentang apa, sih?"

Saya kira ceritanya bakal fokus ke perjuangan warga menghadapi penggusuran karena pembangunan jalan layang. Tapi konflik itu kayak cuma lewat sekilas aja.

Lalu, saya pikir, mungkin ini tentang persahabatan Don dengan kawan-kawannya.
Tapi hubungan mereka juga terasa “dangkal”, kayak sekadar pelengkap cerita tanpa ikatan emosional yang kuat.

Belum selesai bertanya-tanya, tiba-tiba muncul unsur "hantu" Meri dan keluarganya.
Seriusan, ini twist yang bikin aku makin bingung. Apakah mau masuk ke unsur supranatural? Apakah itu metafora? Tapi kalau iya, kurang build up yang cukup buat bikin penonton paham atau merasa terhubung.

Bahkan konflik tentang Don yang harus bertahan hidup sendirian setelah orang tuanya meninggal, yang harusnya bisa jadi landasan emosional kuat, terasa setengah matang. Saya nggak benar-benar merasakan kesedihan atau perjuangan berat dari Don. Semua terkesan ringan dan terlalu cepat dilewati.

Mungkin Ekspektasi Saya Ketinggian

Saya sadar, mungkin ekspektasi saya memang ketinggian. Soalnya, sebagai pecinta film, saya cukup terbiasa nonton animasi dengan narasi yang rapi dan mendalam, seperti Raya and the Last Dragon, Ice Age, atau bahkan Up dari Pixar yang bisa bikin air mata netes tanpa terasa.

Film animasi yang kuat itu, menurut saya, bukan cuma soal visual yang keren, tapi bagaimana ceritanya "ngena" ke hati.

Sayangnya, Jumbo belum sampai ke tahap itu.

Saya merasa film ini punya banyak potensi besar, ide tentang mimpi, keluarga, persahabatan, tapi semua itu hanya disentuh di permukaan. Tidak ada satu pun tema yang benar-benar diperdalam.

Visual yang Menolong, Tapi Tidak Menyelamatkan

Kalau soal visual, saya tetap kasih pujian. Animasi Indonesia semakin berkembang, dan Jumbo adalah buktinya. Pemilihan warna, pergerakan karakter, sampai setting dunianya terasa matang. Dunia imajinasi dari buku dongeng Don dibuat menarik, penuh warna, dan terasa "hidup".

Tapi sebagus apapun visualnya, tetap saja, tanpa narasi yang kuat, film ini terasa hampa. Seperti makan kue tart yang cantik banget, tapi begitu digigit... hambar.

Musik dan Suara: Aman Tapi Nggak Wow

Buat bagian soundtrack, aku merasa cukup aman dan bagus. Cukup berkesan, dan menyentuh. Beberapa lagu latar terasa mengiringi cerita dengan lembut. Namun, saya juga nggak menemukan momen musik yang bikin merinding atau ingin aku putar lagi setelah nonton. Dan buat suara karakter, pengisi suara berhasil membawa energi yang cukup hidup.

Catatan tentang Industri Animasi Lokal

Nggak bisa dipungkiri, film Jumbo tetap menjadi tonggak sejarah penting untuk industri animasi Indonesia. Visinema Studios, Anami Films, dan Springboard benar-benar menunjukkan kalau kreator lokal kita mampu menghasilkan karya yang secara teknis membanggakan.

Di sisi produksi, Jumbo bahkan katanya menggerakkan lebih dari 400 kreator lokal, angka yang luar biasa untuk sebuah proyek animasi.

Ini bukan pencapaian kecil. Ini lompatan besar. Dan untuk itu, saya tetap salut.

Cuma ya, kalau bicara sebagai penonton, saya tetap harus jujur soal rasa yang saya rasakan.

Tetap Layak Dihargai, Tapi Masih Banyak PR

Film Jumbo mungkin nggak memberikan pengalaman emosional sekuat film animasi “luar” yang sering kita tonton, tapi sebagai upaya memperkaya dunia film anak-anak Indonesia, ini tetap langkah penting yang patut dihargai.

Semoga ke depan, karya-karya animasi lokal bisa lebih berani untuk menggali cerita yang dalam, bukan hanya sekadar membangun dunia yang cantik.
Saya pribadi tetap support, dan berharap Jumbo bisa jadi pijakan untuk karya-karya lebih kuat berikutnya.

Kalau kamu suka animasi ringan yang menghibur dan ingin mendukung karya anak bangsa, Jumbo tetap layak untuk ditonton, tapi kalau kamu mencari cerita yang emosional dan kompleks, mungkin kamu akan ngerasa "B aja" kayak yang saya rasain.

Sebagai pecinta animasi, saya tetap bangga melihat karya anak bangsa seperti Jumbo berani tampil di layar lebar. Tapi sebagai penonton yang menginginkan cerita yang menggetarkan hati, saya berharap akan ada lebih banyak karya lokal ke depan yang bukan hanya indah dipandang, tapi juga penuh nyawa, rasa, dan makna yang menggugah jiwa.

Tabik!

No comments:

Post a Comment

Cyberbullying dan Kurikulum PAI: Refleksi dari Kelas dan Serial "Adolescence"

  Kemarin saat mengajar mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam , kami berdiskusi hangat tentang pentingnya memasukkan isu...